Jasad Salim berada di Ruangan Jenazah RSUD Maumere, Jumat (5/7/2013) pagi
MAUMERE -- Penembakan hingga tewas terhadap Baharudin La Bau (46) dan La Salim Asis (15), dua nelayan asal Pulau Pemana, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, di batas laut antara Riung, Kabupaten Ngada dan Reo di wilayah Manggarai, Kamis (4/7/2013) sore meninggalkan luka mendalam bagi keluarga korban.
Ayah dari Salim, Asisi yang menyaksikan langsung peristiwa penembakan merasa tersayat hatinya. Pelaku penembakan itu terkesan tidak ada beban dalam aksinya itu. Pelaku itu setelah melepaskan tembakan hingga menewaskan dua orang, dia malah melambaikan tangannya (bahasa sehari-harinya Daaaa) dari atas perahu yang ditumpanginya.
Ditemui Pos Kupang di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) TC Hillers, Jumat (5/7/2013) pagi, Asisi mengatakan, ia menyaksikan sendiri peristiwa penembakan itu.
Asisi yang diwawancari saat sedang menunggu operasi kepala anaknya di kamar jenazah untuk mengambil peluru yang bersarang di kepala La Salim Asis menjelaskan, jarak dari Kapal Putri Kembar yang ditumpangi mereka dengan perahu jolor yang ditumpangi pelaku sekitar 20 meter sampai 30 meter.
Asisi menuturkan, peristiwa ini terjadi saat hari yang masih terang sekitar pukul 17.00 Wita (jam 5 sore). Ia mengaku melihat jelas ciri-ciri pelaku dan perahu yang mereka gunakan.
"Perahu jolor itu bagian bawahnya bercat hijau dan bagian atasnya berwarna putih. Di atas perahu itu ada tiga orang. Satu orang yang melakukan penembakan. Dia mengenakan baju loreng kecoklatan dan senjata laras panjang. Kulitnya putih, rambutnya cepak dan badannya kurus-tinggi. Kalau tunjukkan orangnya saya kenal,"ungkap Asisi.
Asisi mengatakan, setelah peristiwa penembakan itu, ia menggendong anaknya Salim dan menunjukkan serta memanggil orang tembak itu. "Saya panggil dia untuk datang melihat perbuatan yang dia lakukan. Namun dia dari perahunya menggunakan tangannya menyuruh kami jalan terus. Malah orang yang tembak itu melambaikan tangan (daaa) saat perahu itu lari meninggalkan kami," papar Asisi.
Asisi minta kepada polisi untuk mengusut tuntas kasus ini, dan pelakunya diberikan hukuman berat. "Kami dalam perjalanan pulang dari Sape menuju Pemana. Tenyata di batas laut Reo dan Riung, mereka mendekat kami dan melakukan penembakan. Padahal kami tidak berbuat salah apapun," tandas Asisi.
Terkait peristiwa ini, salah seorang tokoh masyarakat Pulau Pemana yang juga anggota DPRD Kabupaten Sikka, Boy, SPi minta polisi usut tuntas kasus ini dan mengungkapkan pelakunya.
Boy mengatakan, penembakan ini merupakan tindakan yang tidak berperikemanusian. Oleh karena itu, tegasnya, pelaku harus dihukum setimpal.
Ia menjelaskan, nelayan asal Pemana itu baru pulang melaut di periaran Selat Sape. Para nelayan tersebut tidak berbuat kesalahan apapun, namun heran dihabisi seperti itu.
Boy menambahkan, kedua nelayan yang meninggal ditembak telah dimakamkan di Pulau Pemana, Jumat (5/7/2013) sore.
Comments
Post a Comment