Kupang. Akibat dirujuk terlambat dari Rumah Sakit Daerah Atambua, bayi laki-laki berusia dua hari, akhirnya menghembuskan nafasnya di IGD RSU Prof. W.Z Johanes Kupang, Senin (10/6), sekira pukul 02.00 Wita, dini hari.
Bayi tersebut disinyalir meninggal karena kekurangan cairan dalam tubuhnya. Sebelum dirujuk ke RSU Johanes Kupang, korban sempat rawat di RS Atambua, setelah sebelumnya dirujuk dari Puskesmas Halilulik Kabupaten Belu.
Informasi yang dihimpun Timor Express di Ruang Instalasi Pemulasaran Jenasah (IPJ) RSU Johanes Kupang kemarin, dari Paulus Lauk, ayah korban, menuturkan, istrinya Efiana Moru merasa ingin melahirkan Jumat (7/6), sekira pukul 19.00 Wita. Dia pun langsung dilarikan Pustu Lakiu untuk mendapat pertolongan medis.
Karena fasilitas Pustu tidak memadai, perawat mengantar Efiana Moru ke Puskesmas Halilulik. Tiba di puskesmas itu sekira pukul 20.30 Wita, Efiana Moru akhirnya melahirkan bayi laki-laki. Namun tim medis menemukan tiga bintik merah di bagian pantat bayi itu. Harapan keluarga, agar bidan Godensia Manehat yang bertugas di Puskesmas Halilulik dibantu beberapa mahasiswa akademi keperawatan, dinilai kurang maksimal.
Menurut Paulus, bidan Godensia kurang memperhatikan kesehatan bayinya, karena pada tubuh bayinya itu ditemukan infeksi di tali pusar. Keesokan harinya, Sabtu (8/6), bayi dirujuk ke RSU Atambua. Dikatakan Paulus, setibanya di RSU Atambua, dokter Theo memberikan pertolongan medis. Dia lalu berkonsultasi dengan dokter ahli bedah, untuk melakukan operasi.
Kepada keluarga pasien, dokter memberitahukan agar bayi harus puasa, sebelum menjalani operasi. “Setelah menunggu satu hari penuh, dokter tidak juga melakukan operasi. Kami lalu mendesak paramedis untuk melakukan operasi.
Tapi perawat di RSU Atambua bilang jangan mendesak dokter untuk beroperasi,” kata Paulus meniru ucapan perawat di RSU Atambua, Setelah ditunggu sekian lama, dokter tak juga melakukan operasi, sehingga pada Minggu (9/6), sekira pukul 20.00 Wita, Paulus minta keterangan rujukan ke RSU Johanes Kupang.
Tanpa pemasangan oksigen, anak Paulus itu dirujuk ke RSU Johanes Kupang. Diungkapkan Paulus, petugas di IGD RSU Johanes Kupang sempat mempertanyakan kenapa dalam perjalanan dari Atambua ke Kupang yang memakan waktu sekira lima jam, pasien tidak dipasangi oksigen? Petugas di IGD RSU Kupang itu pun mengatakan, anak Paulus meninggal karena terlambat dirujuk.
“Anak saya meninggal karena katanya kekurangan cairan dalam tubuh,” ujar Paulus pelan seraya menambahkan akan langsung membawa jenasah anaknya itu ke kampung halamannya, untuk dimakamkan.
Source:http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=56109
Bayi tersebut disinyalir meninggal karena kekurangan cairan dalam tubuhnya. Sebelum dirujuk ke RSU Johanes Kupang, korban sempat rawat di RS Atambua, setelah sebelumnya dirujuk dari Puskesmas Halilulik Kabupaten Belu.
Informasi yang dihimpun Timor Express di Ruang Instalasi Pemulasaran Jenasah (IPJ) RSU Johanes Kupang kemarin, dari Paulus Lauk, ayah korban, menuturkan, istrinya Efiana Moru merasa ingin melahirkan Jumat (7/6), sekira pukul 19.00 Wita. Dia pun langsung dilarikan Pustu Lakiu untuk mendapat pertolongan medis.
Karena fasilitas Pustu tidak memadai, perawat mengantar Efiana Moru ke Puskesmas Halilulik. Tiba di puskesmas itu sekira pukul 20.30 Wita, Efiana Moru akhirnya melahirkan bayi laki-laki. Namun tim medis menemukan tiga bintik merah di bagian pantat bayi itu. Harapan keluarga, agar bidan Godensia Manehat yang bertugas di Puskesmas Halilulik dibantu beberapa mahasiswa akademi keperawatan, dinilai kurang maksimal.
Menurut Paulus, bidan Godensia kurang memperhatikan kesehatan bayinya, karena pada tubuh bayinya itu ditemukan infeksi di tali pusar. Keesokan harinya, Sabtu (8/6), bayi dirujuk ke RSU Atambua. Dikatakan Paulus, setibanya di RSU Atambua, dokter Theo memberikan pertolongan medis. Dia lalu berkonsultasi dengan dokter ahli bedah, untuk melakukan operasi.
Kepada keluarga pasien, dokter memberitahukan agar bayi harus puasa, sebelum menjalani operasi. “Setelah menunggu satu hari penuh, dokter tidak juga melakukan operasi. Kami lalu mendesak paramedis untuk melakukan operasi.
Tapi perawat di RSU Atambua bilang jangan mendesak dokter untuk beroperasi,” kata Paulus meniru ucapan perawat di RSU Atambua, Setelah ditunggu sekian lama, dokter tak juga melakukan operasi, sehingga pada Minggu (9/6), sekira pukul 20.00 Wita, Paulus minta keterangan rujukan ke RSU Johanes Kupang.
Tanpa pemasangan oksigen, anak Paulus itu dirujuk ke RSU Johanes Kupang. Diungkapkan Paulus, petugas di IGD RSU Johanes Kupang sempat mempertanyakan kenapa dalam perjalanan dari Atambua ke Kupang yang memakan waktu sekira lima jam, pasien tidak dipasangi oksigen? Petugas di IGD RSU Kupang itu pun mengatakan, anak Paulus meninggal karena terlambat dirujuk.
“Anak saya meninggal karena katanya kekurangan cairan dalam tubuh,” ujar Paulus pelan seraya menambahkan akan langsung membawa jenasah anaknya itu ke kampung halamannya, untuk dimakamkan.
Source:http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=56109
Comments
Post a Comment