Kepala Biro Antara NTT Bernadus Tokan mengatakan, saat suasana gelap gulit, warga memilih bertahan di dalam rumah.
Banyak warga saat ini berburu lilin untuk penerangana darurat ke warung-warung terdekat. Sebagian warga yang lain mencari rumah yang memiliki genset untuk sekadar mengisi daya telepon selular.
Mereka rela membayar Rp5 ribu per jam untuk menghidupkan kembali telepon selular mereka agar bisa berkomunikasi dan memberi kabar pada keluarga.
Aditya, seorang mahasiswa mengatakan dirinya membayar Rp5 ribu untuk bisa mengecas HP.
"Ini agar bisa berkomunikasi dengan orang tua," katanya.
Untuk telekomunikasi, terdapat titik tertentu yang bisa mendapatkan sinyal. "Dalam Kota Kupang ada sinyal seluler," katanya.
Sementara itu, pohon yang tumbang diterpa angin kencang dan hujan lebat masih banyak yang menutupi ruas jalan.
|
Antara menyebut diperkirakan banyak rumah di Kota Kupang yang rusak akibat angin kencang tersebut, namun sampai sekarang belum diketahui informasi secara resmi dari pihak terkait mengenai kerusakan akibat bencana alam tersebut.
Akibat cuaca ekstrem, Kapal Jatra 1 di Pelabuhan Bolok, Kupang juga terguling dan tenggelam. Tak ada korban dalam insiden ini.
PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) mengimbau agar warga menunda dulu rencana perjalanan melalui laut.
Cuaca ekstrem ini disebabkan oleh siklon tropis yang diberi nama Seroja. BMKG memprediksi kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya 45 knots (85 km/jam) dengan tekanan di pusat diprediksikan sekitar 980 hPa.
Diperkirakan siklon tropis ini berlangsung sampai tanggal 6 April besok dan secara perlahan menjauhi wilayah Indonesia.
Artikel Sudah tayang di: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210405200419-20-626288/listrik-mati-kupang-bak-kota-mati-karena-cuaca-ekstrem
Comments
Post a Comment